
Hari ini 1 September 2024 umat Katolik Gereja di Indonesia diajak masuk dalam Bulan Kitab Suci Nasional. Dalam konteks mendekatkan diri pada Tuhan, “mengakrabkan diri” pada sabda-Nya, Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengajak umat untuk membaca, “maneges”, “nyecep” dan “nindakake” sabda Tuhan dalam hidup beriman. Hal ini disampaikan dalam homili Perayaan Ekaristi penerimaan Sakramen Penguatan bagi 332 orang krismawan dan krismawati yang diselenggarakan di Gereja Santo Paulus Kleco Surakarta, Sabtu 31 Agustus 2024.
Menjadi pelaku sabda
“Menjadi dewasa dalam iman bukan hanya menjadi pendengar sabda, pendengar firman tetapi juga harus menjadi pelaku sabda, menjadi pelaku firman. Menjadi pelaku firman diawali dengan mendengarkan sabda-sabda Tuhan, membaca sabda, “maneges” yang berarti mencari tahu makna sabda itu dalam hidup. Lalu “nyecep” yang berarti mencercap, merasa-rasakan dan mencerna sabda. Selanjutnya menjadi pelaku sabda yakni mewujud nyatakan sabda itu dalam kehidupan nyata,” kata Mgr. Robertus Rubiyatmoko.
“Mewujudkan sabda bagi kaum beriman berarti mau bersatu dengan Gereja, digerakkan oleh Roh Kudus seperti yang saat ini diterima dalam Sakramen Penguatan, tidak melepaskan diri dengan Gereja dan mau memperhatikan orang lain yang membutuhkan,” lanjut Mgr. Robertus Rubiyatmoko dalam homilinya.
Kehilangan umat 2.202 orang
Pada hari yang sama, saat melakukan wawanhati dengan umat Paroki Santo Paulus Kleco Solo, Mgr. Robertus Rubiyatmoko mengajak umat mencari penyebab mengapa Gereja Katolik di Keuskupan Agung Semarang kehilangan umat sebanyak 2.202 orang berdasarkan data di tahun 2023. Hal itu beberapa penyebab yang perlu direfleksikan bersama karena Gereja mungkin kurang “ngopeni” atau merawat umat. Selain itu juga kurangnya pembinaan iman umat.
“Tahun 2024 sudah dicanangkan oleh KAS sebagai tahun Formasio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB). Tahun 2025 ke depan FIBB akan terus dilanjutkan untuk melakukan pendampingan iman mulai dari usia dini sampai dengan usia lanjut,” kata Mgr. Robertus Rubiyatmoko.
Perlu pendampingan lebih bagi kaum muda
“Praktik FIBB di paroki-paroki termasuk di Paroki Kleco ini menjadi dasar untuk pengembangan iman umat. Berdasarkan pengamatan FIBB untuk kelompok PIUD, PIA, dan PIOD serta PIUL di KAS sudah berjalan dengan baik. Untuk pendampingan PIR dan PIOM masih perlu di tingkatkan. Mengapa? Karena remaja dan orang muda masih senang dengan dunianya sendiri. Susah diatur. Maka diperlukan pendampingan secara intensif. Diantaranya sebelum mendampingi PIR dan PIOM perlu dilakukan pendampingan, pembekalan dan kursus-kursus untuk pendamping PIR dan PIOM agar dapat mendampingi kaum muda sesuai konteks anak muda,” ungkap Uskup Agung KAS Mgr. Robertus Rubiyatmoko.

